Beberapa hari yang lalu, gw baru ngerampungin baca salah satu novel dalam negeri yang berjudul “negeri 5 menara”. Novel yang di tulis beradasarkan inspirasi kisah nyata. Novel yang di tulis oleh A. Fuadi salah seorang putra minang. A. Fuadi yitu mantan wartawan TEMPO & VOA, seorang yang menyukai fotografi. Dan sekrang menjabat sebagai direktur komunikasi di sebuah NGO konservasi.
sebuah novel yang bercerita tentang enam anak yang berbeda, berbeda asal, budaya, sifat dan lain sebagainya. Yang bertemu dalam satu sekolah, PM adalah tempatnya. PM di gambarkan sebagai sebuah pondok yang berisikan di dalamnya adalah laki-laki, ya hanya laki-laki. Mereka di ajar oleh kiai-kiai yang mengajarkan kehidupan dunia ataupun akhirat. Sekitar 3000 siswa dan termasuk Keenam anak ini, memiliki mimpi yang sangat indah, mimpi yang terkadang tidak masuk akal, namun mereka yakin dapat meraihnya.
Ketika membaca novel ini dapat menggugah hati, menimbulkan rasa haru, mengundang tawa ketika enam anak alif, said, atang, dulmajid, baso, dan raja ini beraksi. Penulis sangat lihai menuliskan cerita yang membuat hati kita tersentuh, ketika di bagian baso harus meninggalkan PM untuk merawat neneknya, seorang anak yang sangat cerdas, yang terpaksa tidak dapat menuntaskan belajarnnya di PM karena harus merawat nenek-nya yang sedang jatuh sakit. Tidak hanya kejadian baso saja, melainkan alif seorang tokoh utama. Ia memiliki mimpi ketika tamat dari pesantren ia hendak melanjutkan sekolah di sekolah umum yaitu smu, bukan lagi sekolah agama. Namun itu hanya sebuah angan-angan saja, karena amak (ibu) tidak mengizinkan ia untuk sekolah di SMU, dan akhirnya alif memutuskan untuk menuntut ilmu di jawa timur, dan PM adalah tempat ia berlabuh. Ya, mungkin itu sebagian atau penggalan cerita yang ada di dalam novel negeri lima menara. Masih banyak sekali cerita-cerita yang di gambarkan penulis, yang bisa membuat kita (pembaca) terharu, tertawa, ataupun berfikir.
Enam anak yang memiliki julukan dari persahabatan yang di bentuknya, dinamakan oleh mereka sendiri yaitu “sahibul menara”. Sebuah nama yang memiliki arti tersendiri bagi mereka. Enam anak yang memiliki mimpi yang sangat luar biasa, mungkin diluar jangkauan orang banyak. Sebuah mimpi yang mereka yakin mereka bisa menaklukannya. Dengan sebuah “mantera” yang di berikan oleh kiai kepada semua siswa yang berada di PM, termasuk “sahibul menara”. “man jadda wajada”, ya itulah mantera sakti yang di berikan kiai oleh semua yang ada di PM, yang kurang lebih memiliki arti, siapa yang bersungguh-sungguh pasti sukses. Sebuah mantera yang sangat sakti, membuat semua siswa yakin dapat mengerjakan sesuatu dengan sukses jika di lakukan dengan sungguh-sungguh.
Mereka tidak mengerti apakah impian mereka itu akan membawa mereka dalam suatu kenyataan? Yang jelas yang mereka tahu adalah, “jangan pernah meremehkan impian, walau setinggi apa pun”. Tuhan sungguh maha mendengar.
Penulis memang sangat lihai menorehkan tinta dalam sebuah kertas dan menghasilkan cerita yang begitu bagus, di kemas dengan bahasa yang tidak terlalu berat, dan kejadian yang terjadi sangat jelas sekali. Penulis yang pernah merasakan sendiri dunia pondok. Ya, penulis adalah alumni pondok modern gontor, HI unpad, Geore Washington university, dan Royal Holloway.
Buat teman-teman yang suka membaca novel, “negeri lima menara” sebuah referensi yang patut untuk di baca. sebuah kisah inspiratif dengan di selipkan humor khas pondok. Sungguh menggugah hati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar