Sabtu, 15 September 2012

BELUM SAATNYA



“jam berapa ujiannya?” suara itu terdengar dari balik telpon. Hal yang cukup jarang dilakukan papah nya untuk dia, jarang sekali papahnya menanyakan hal kecil seperti itu, hati nya senang mendapat sedikit perhatian dari papahnya. 

Seorang anak laki-laki ini belum saat nya lolos di tahap ini, belum saatnya lolos dalam ujian ini. Sedih? Ya, sangat sedih, bukan hanya sedih. Perasaan ini sudah tidak karuan, merasa bodoh, merasa tidak bisa apa-apa, dan yang lebih parahnya merasa belum bisa kasih yang terbaik untuk papah dan mamah nya sendiri. Itu lah hal yang paling menyayat hati.

Ketika anak laki-laki ini memberikan kabar ke mamah nya, air mata ini terasa ingin turun namun tertahan dengan ketegaran hati yang dilakukan nya, dan ketika papah nya telpon tanya soal ujian, rasanya air mata ini pun ingin turun namun lagi-lagi tertahan, dan saat anak laki-laki ini menulis, air mata nya pun turun, dan sekarang tidak bisa terbendung lagi. Apa yang mereka harapkan dari seorang anak laki-lakinya belum bisa di dapat. Mereka kecewa? Mungkin. tapi mereka selalu memberi dukungan, doa, dan ketenangan untuk anak laki-lakinya ini tiap hari tiada henti.

Hancur, payah, bodoh, kurang siap, ya mungkin semua nya itu benar. Anak ini tidak terlalu pintar, anak ini belum siap untuk semuanya sehingga semua terlihat payah dan hancur lebur. Anak ini hanya bisa berkaca, melihat dirinya sendiri yang hancur lebur seperti orang yang kalah dalam perperangan. 

‘ya udah, gak usah terlalu dipikirin. Nanti harus lebih siap lagi, harus belajar lagi, jangan putus asa’. Rangkuman kata-kata dari papah mamah nya yang membuat ia menghela nafas panjang. Iya hanya bisa menjawab ‘iya’ dengan nada rendah. ‘senyuum doong, gapapa yaa sayang’. Kata ini dilontarkan dari kekasihnya. Dia pun memberikan senyuman kepada kekasihnya, senyuman di balik kesedihannya.  

Mamah, papah dan kekasihnya selalu memberikan kekuatan untuk dirinya agar tetap berdiri, mencoba mengangkat dirinya yang sedang terjatuh. 

Ya, anak laki-laki ini sedang terjatuh.

Sisi yang lain dari dirinya adalah perasaan kesal, kesal kenapa dia tidak bisa, kesal kenapa orang lain bisa tapi dia tidak bisa. ‘Saya seudah berusaha, kenapa masih belum?’, dia kesal sama dirinya sendiri.
Perasaan marah, marah pada dirinya yang tidak mempersiapkannya dengan baik. Namun sisi nya yang lain terus memberikan dia sedikit kekuatan untuk bangkit, memberikan tenaga untuk dapat berdiri kembali. “mengapa kita terjatuh? agar kita dapat belajar untuk berdiri dan bangkit lagi”. Kata-kata itu sedikit menghibur hatinya..  

Mungkin ini adalah cobaan yang cukup panjang untuk di lewati, pikiran, mental, fisik Semua diuji di sini. Tuhan sedang menguji kesabaran anak laki-laki ini, kesabaran untuk dapat melewati rintangan yang diberikan kepadanya. kesabaran untuk dapat berdiri dengan tegak dan bangikit lagi. dia manyadari dirinya memang kurang, jadi dia disuruh untuk menambah hal yang kurang tersebut agar menjadi lebih baik, Semua akan terlewati jika semua sudah pada saatnya.

Dua gelas kopi yang ia minum ini membuat dirinya melayang tidak karuan, cerita ke teman benda mati nya pun tidak karuan, tidak mengerti arahnya, tidak mengerti apa yang ia ceritakan. Dia hanya berkeluh kesah, meluapkan semua emosinya, Dia bercerita dengan nafas yang berat, nafas yang masih mengganjal di dalam hatinya. dia sekali-sekali memejamkan matanya untuk menenangkan hatinya dan perasaannya. Dan dia berkata

‘terimakasih mah, pah, terimakasih pacar, teman, semuanya yang selalu memberiku semangat tanpa henti’. Dan ‘terimakasih tuhan yang membuat aku semakin tegar dengan semua yang engkau berikan pada ku, ini pasti rencana mu untuk membuat ku menjadi orang yang lebih baik dari sebelumnya. Aku yakin, aku pasti bisa melewati semua ini’.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar