“jam berapa ujiannya?” suara itu terdengar dari balik
telpon. Hal yang cukup jarang dilakukan papah nya untuk dia, jarang sekali
papahnya menanyakan hal kecil seperti itu, hati nya senang mendapat sedikit
perhatian dari papahnya.
Seorang anak laki-laki ini belum saat nya lolos di
tahap ini, belum saatnya lolos dalam ujian ini. Sedih? Ya, sangat sedih, bukan
hanya sedih. Perasaan ini sudah tidak karuan, merasa bodoh, merasa tidak bisa
apa-apa, dan yang lebih parahnya merasa belum bisa kasih yang terbaik untuk
papah dan mamah nya sendiri. Itu lah hal yang paling menyayat hati.
Ketika anak laki-laki ini memberikan kabar ke mamah
nya, air mata ini terasa ingin turun namun tertahan dengan ketegaran hati yang
dilakukan nya, dan ketika papah nya telpon tanya soal ujian, rasanya air mata
ini pun ingin turun namun lagi-lagi tertahan, dan saat anak laki-laki ini menulis,
air mata nya pun turun, dan sekarang tidak bisa terbendung lagi. Apa yang
mereka harapkan dari seorang anak laki-lakinya belum bisa di dapat. Mereka
kecewa? Mungkin. tapi mereka selalu memberi dukungan, doa, dan ketenangan untuk
anak laki-lakinya ini tiap hari tiada henti.
Hancur, payah, bodoh, kurang siap, ya mungkin semua
nya itu benar. Anak ini tidak terlalu pintar, anak ini belum siap untuk
semuanya sehingga semua terlihat payah dan hancur lebur. Anak ini hanya bisa
berkaca, melihat dirinya sendiri yang hancur lebur seperti orang yang kalah
dalam perperangan.
‘ya udah, gak usah terlalu dipikirin. Nanti harus
lebih siap lagi, harus belajar lagi, jangan putus asa’. Rangkuman kata-kata
dari papah mamah nya yang membuat ia menghela nafas panjang. Iya hanya bisa
menjawab ‘iya’ dengan nada rendah. ‘senyuum doong, gapapa yaa sayang’. Kata ini
dilontarkan dari kekasihnya. Dia pun memberikan senyuman kepada kekasihnya,
senyuman di balik kesedihannya.
Mamah, papah dan kekasihnya selalu memberikan kekuatan
untuk dirinya agar tetap berdiri, mencoba mengangkat dirinya yang sedang
terjatuh.
Ya, anak laki-laki ini sedang terjatuh.
Sisi yang lain dari dirinya adalah perasaan kesal, kesal
kenapa dia tidak bisa, kesal kenapa orang lain bisa tapi dia tidak bisa. ‘Saya seudah
berusaha, kenapa masih belum?’, dia kesal sama dirinya sendiri.
Perasaan marah, marah pada dirinya yang tidak
mempersiapkannya dengan baik. Namun sisi nya yang lain terus memberikan dia sedikit
kekuatan untuk bangkit, memberikan tenaga untuk dapat berdiri kembali. “mengapa
kita terjatuh? agar kita dapat belajar untuk berdiri dan bangkit lagi”. Kata-kata
itu sedikit menghibur hatinya..
Mungkin ini adalah cobaan yang cukup panjang untuk di
lewati, pikiran, mental, fisik Semua diuji di sini. Tuhan sedang menguji
kesabaran anak laki-laki ini, kesabaran untuk dapat melewati rintangan yang
diberikan kepadanya. kesabaran untuk dapat berdiri dengan tegak dan bangikit
lagi. dia manyadari dirinya memang kurang, jadi dia disuruh untuk menambah hal yang kurang tersebut agar menjadi lebih baik, Semua akan terlewati jika semua sudah pada saatnya.
Dua gelas kopi yang ia minum ini membuat dirinya
melayang tidak karuan, cerita ke teman benda mati nya pun tidak karuan, tidak
mengerti arahnya, tidak mengerti apa yang ia ceritakan. Dia hanya berkeluh
kesah, meluapkan semua emosinya, Dia bercerita dengan nafas yang berat, nafas
yang masih mengganjal di dalam hatinya. dia sekali-sekali memejamkan matanya
untuk menenangkan hatinya dan perasaannya. Dan dia berkata
‘terimakasih mah, pah, terimakasih pacar, teman,
semuanya yang selalu memberiku semangat tanpa henti’. Dan ‘terimakasih tuhan
yang membuat aku semakin tegar dengan semua yang engkau berikan pada ku, ini
pasti rencana mu untuk membuat ku menjadi orang yang lebih baik dari sebelumnya.
Aku yakin, aku pasti bisa melewati semua ini’.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar