sepakbola Indonesia belum berhasil beranjak dari keterpurukannya, namun sedikit demi sedikit sepakbola Indonesia sudah mulai berdiri tegak, ini terlihat di laga AAF tahun kemarin, Indonesia menjadi tim terbaik, 5 kali menang, 1 kali kalah. Meskipun belum menjuarai turnamen itu, setidaknya sepabola Indonesia mulai bangkit dan menunjukan taringnya.
Belum lama ini persepakbolaaan di buat ‘geger’ dengan adanya Liga Primere Indonesia (LPI). Suatu turnamen yang dig agar oleh arif ponorogo, turnamen yang berpondasi turnamen independent dan professional. Tidak mengandalkan APBD melainkan mengandalkan asupan dari swasta. Turnamen dengan gagasan yang baik di buat untuk membangun iklim kompetisi persepakbolaan Indonesia. Namun turnamen ini masih di anggap illegal oleh PSSI, pasalnya LPI belum mendapatkan izin dai PSSI, badan persepakbolaan tertinggi yang ada di Indonesia.
Ironis, ketika ingin membangun iklim kompetisi untuk memajukan persepakbolaan tanah air, malah di anggap sebagai turnamen yang dibuat atas pemboikotan kinerja PSSI selama ini. Memang perlu diakui, kinerja PSSI di bawah ‘kapten’ nurdin selama 7 tahun belum bisa meraih satu tropi pun untuk Negara.
Terlepas dari permasalahan itu, PSSI semestinya dapat berfikir dewasa, bukan melemparkan isu ini itu, menjadikan bola api yang begitu panas. Menganggap LPI ini itu, tidak akan menemukan titik terang. Alasan PSSI tidak memberikan izin LPI diselenggarakan pun kurang diterima. PSSI semestinya tidak berfikir, LPI dibuat untuk menandingi Liga super Indonesia (LSI), LPI dibuat untuk menciptakan iklim kompetisi yang lebih besar, lebih menarik. Bukan untuk menandingi siapa-siapa.
Permasalahan PSSI dan LPI berimbas pada timnas garuda. ‘kapten’ NURDIN mengatakan, siapa saja yang berlaga di LPI tidak akan bisa masuk TIMNAS, dengan alasan LPI belum diakui FIFA, karena yang berhak main di TIMNAS adalah pemain-pemain yang diakui FIFA. Pernyataan ini di perkuat dengan pernyataan pelatih Indonesia, Riedl mengatakan, “saya tidak akan memakai pemain yang tidak akui oleh FIFA”. (kurang lebih seperti itu). Namun, mentri pemuda dan olahraga ‘andi malarangeng’, pernah beragumen “siapapun anak bangsa yang berprestasi dapat membela Indonesia”. Saya setuju dengan pernyataan menpora, “siapapun yang LAHIR di tanah Indonesia, dia berhak membela Indonesia”. Cukup disayangkan argument yang di lemparkan ‘kapten’ NURDIN. Karena tidak menutup kemungkinan dari LPI akan lahir bibit ungul. Akan lahir pemain Indonesia sekelas lionel messi, cristiano ronaldo. “Apakah tetap tidak akan di panggil TIMNAS?”, siapa yang rugi? Negara yang rugi. PSSI seharusnya bertindak dan berfikir dewasa, sebagai badan persepakbolaan yang paling tinggi, dapat melihat dari berbagai sudut pandang. Visi PSSI seharusnya memajukan persepakbolaan Indonesia di kancah internasional, kalau seperti ini kejadiannya, apa VISI sebenarnya PSSI? (dijawab sendiri) atau apa VISI ‘kapten’ NUDRIN?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar