Sabtu, 29 Januari 2011
kekuatan cinta
LDR
Kamis, 27 Januari 2011
DIA
2 tahun yang lalu, aku tanpa sengaja kenal dengan seorang wanita remaja. Perkenalan yang sangat lucu buat ku, kita berkenalan dari jejaring social tanpa disadari. Tidak mengerti bagaimana awal mulanya bisa ‘bertemu’ namun seiring dengan berjalannya waktu aku dan dia menjadi dekat.
Permulaan yang biasa, sekedar chating di waktu senggang sambil menghabiskan waktu. Awal yang cukup baik dan tidak di duga, yang hanya bermula dari chating bisa menjadi lebih sering dan intens, sms, telpon, dan lain sebagainya. Bermula dari hanya sekedar bertanya nama, tempat tinggal, sampai bercerita tentang sesuatu yang pribadi, bisa dibilang curhat. Cukup aneh memang kalau orang melihatnya, karena sama sekali belum bertemu, melihat wajahnya hanya dari benda mati yang tidak bergerak, namun itu bukan masalah yang cukup besar, karena aku senang berteman, senang memiliki banyak teman, dari mana pun itu.
Hampir setiap waktu senggang aku menelepon dy yang hanya berawal dari menanyakan kabar dan aktivitasnya. Memiliki teman ngobrol yang enak. Ketika itu aku memiliki pacar, dan kalau tidak salah dia baru saja putus dengan pacarnya, aku lupa bagaimana kejadiannya karena terlalu lama, otak ku kurang mampu menyimpan semua data yang ada. Ketika itu aku dan dia bercerita ini itu, bertanya permasalahan dan mencoba memberikan saran satu sama lain.
Aku pun putus dengan pacar ku, namun bukan karena dia, karena ada persoalan lain yang lebih. ketika aku putus dengan pacar ku, aku bercerita dan dia memberikan saran dan masukan yang kadang bisa aku terima kadang tidak bisa aku terima. Begitupun dengan dia yang kadang meminta saran dari masalah yang dia hadapi. Aku pun dengan senang hati memberikan saran sesuai dengan yang aku bisa dan tau.
Seiring berjalannya waktu, mungkin timbul rasa suka, entah dia yang suka dengan ku atau aku yang suka dengan dia. Aku sedikit lupa, dia pernah mengatakan kalau dia suka sama aku namun aku tidak ingat pasti, aku takut salah mendengar ataupun salah membaca. Ketika itu aku hanya diam dan tidak memberikan jawaban, karena aku memang belum tau aku harus jawab apa. Dari situ aku mulai berfikir. Namun pikiran itu tiba-tiba mental dan hilang begitu saja, mungkin karena aktivitas di kampus yang begitu banyak sampai-sampai aku sedikit lupa.
Suatu ketika, dengan nada yang dibuat bercanda, aku bertanya lagi dengan dia bagaimana dengan perasaan dia ke aku, dan jawabannya masih sama. “suka, tapi kamu cuek”. Sedikit kaget aku membacanya, dan dia bertanya balik, “kalau kamu gmn?”. Akupun menjawab, “suka, tapi belum bisa jadi pacar”. Dia bertanya tentang alasan ku.
Aku punya alasan kenapa aku menjawab seperti itu, mungkin karena umur aku yang beda cukup jauh dengan dia, aku terlalu muda untuk dia. Aku hanya berfikir, dia yang sudah mapan dengan segala yang dia punya, pekerjaan, kehidupan, dan lain sebagainya, sedangkan aku yang tidak memiliki apa-apa, beru memiliki label ‘mahasiswa’. Dia lebih pantas mendapat orang yang jauh diatas aku, yang jauh bisa membahagiakan dy.
Tidak menutup kemungkinan suatu saat dy akan berkata, “hey, mau merrid sama aku?”. Mungkin tidak salah dalam satu hubungan berbicara tingkat yang lebih serius, namun aku hanya berkaca, melihat aku yang belum punya apa-apa, baru mahasiswa tingkat 3, untuk makan sendiri saja susah, apalagi ngidupin anak dan istri ketika kelak menikah. Mungkin dia berfikir aku hanya ingin pacaran main-main saja, bukan seperti itu maksud ku, aku bingung menyampaikan seperti apa Karena kemampuan verbal dan bicara ku tidak bagus, tidak seperti orang-orang diluar sana, terkadang apa yang mau aku sampaikan suka diartikan berbeda, aku memaklumi soal itu, karena itu mungkin kelemahan ku.
Aku bukan tidak mau menjadi pacar kamu, sejujurnya aku agak takut. Secara sadar atau tidak sadar mungkin akan ada obrolan tentang kerjaan, gaji, jabatan kamu, dan lain sebagainya. Mungkin terlihat sepele namun cukup membuat gelisah buat mahasiswa tingkat 3 seperti aku ini. Yang ada di pikiranku genksi seorang pria. “masa cowo kalah sama cwe”, terlihat simple namun itu memang terjadi.
Aku pernah berfikir untuk mencoba. Mencoba pacaran dengan dia. Namun aku ragu, aku ragu ketika aku tidak sejalan dengan dia dan putus, aku takut menyakiti hatinya. Aku tidak mau egois, hanya memikirkan perasaan ku saja tanpa memikirkan perasaan dia. Jujur sampai detik ini pikiran itu masih bergentayangan di otak ku.
Senin, 17 Januari 2011
MINDSET
Selasa, 11 Januari 2011
BOLA PANAS LPI & PSSI. BERIMBAS PADA TIMNAS
sepakbola Indonesia belum berhasil beranjak dari keterpurukannya, namun sedikit demi sedikit sepakbola Indonesia sudah mulai berdiri tegak, ini terlihat di laga AAF tahun kemarin, Indonesia menjadi tim terbaik, 5 kali menang, 1 kali kalah. Meskipun belum menjuarai turnamen itu, setidaknya sepabola Indonesia mulai bangkit dan menunjukan taringnya.
Belum lama ini persepakbolaaan di buat ‘geger’ dengan adanya Liga Primere Indonesia (LPI). Suatu turnamen yang dig agar oleh arif ponorogo, turnamen yang berpondasi turnamen independent dan professional. Tidak mengandalkan APBD melainkan mengandalkan asupan dari swasta. Turnamen dengan gagasan yang baik di buat untuk membangun iklim kompetisi persepakbolaan Indonesia. Namun turnamen ini masih di anggap illegal oleh PSSI, pasalnya LPI belum mendapatkan izin dai PSSI, badan persepakbolaan tertinggi yang ada di Indonesia.
Ironis, ketika ingin membangun iklim kompetisi untuk memajukan persepakbolaan tanah air, malah di anggap sebagai turnamen yang dibuat atas pemboikotan kinerja PSSI selama ini. Memang perlu diakui, kinerja PSSI di bawah ‘kapten’ nurdin selama 7 tahun belum bisa meraih satu tropi pun untuk Negara.
Terlepas dari permasalahan itu, PSSI semestinya dapat berfikir dewasa, bukan melemparkan isu ini itu, menjadikan bola api yang begitu panas. Menganggap LPI ini itu, tidak akan menemukan titik terang. Alasan PSSI tidak memberikan izin LPI diselenggarakan pun kurang diterima. PSSI semestinya tidak berfikir, LPI dibuat untuk menandingi Liga super Indonesia (LSI), LPI dibuat untuk menciptakan iklim kompetisi yang lebih besar, lebih menarik. Bukan untuk menandingi siapa-siapa.
Permasalahan PSSI dan LPI berimbas pada timnas garuda. ‘kapten’ NURDIN mengatakan, siapa saja yang berlaga di LPI tidak akan bisa masuk TIMNAS, dengan alasan LPI belum diakui FIFA, karena yang berhak main di TIMNAS adalah pemain-pemain yang diakui FIFA. Pernyataan ini di perkuat dengan pernyataan pelatih Indonesia, Riedl mengatakan, “saya tidak akan memakai pemain yang tidak akui oleh FIFA”. (kurang lebih seperti itu). Namun, mentri pemuda dan olahraga ‘andi malarangeng’, pernah beragumen “siapapun anak bangsa yang berprestasi dapat membela Indonesia”. Saya setuju dengan pernyataan menpora, “siapapun yang LAHIR di tanah Indonesia, dia berhak membela Indonesia”. Cukup disayangkan argument yang di lemparkan ‘kapten’ NURDIN. Karena tidak menutup kemungkinan dari LPI akan lahir bibit ungul. Akan lahir pemain Indonesia sekelas lionel messi, cristiano ronaldo. “Apakah tetap tidak akan di panggil TIMNAS?”, siapa yang rugi? Negara yang rugi. PSSI seharusnya bertindak dan berfikir dewasa, sebagai badan persepakbolaan yang paling tinggi, dapat melihat dari berbagai sudut pandang. Visi PSSI seharusnya memajukan persepakbolaan Indonesia di kancah internasional, kalau seperti ini kejadiannya, apa VISI sebenarnya PSSI? (dijawab sendiri) atau apa VISI ‘kapten’ NUDRIN?
Minggu, 09 Januari 2011
PERSAHABATAN DAN PERCINTAAN
kasus yang kedua ini sedikit berbeda, namun menyangkut persahabatan dan percintaan juga.
kuliah ini gw punya sahabat, gak usah gw sebutin namanya yang jelas gw sama dy sama-sama suka manchaster united. dan hebatnya gak cuma suka sama club bola doang, gw sama dy juga suka sama cwe yang sama, hhahha. ngaco ya.
awalnya si gw ketemu sama cwe, manis, cantik, periang dan lain-lain lah. terus gw cerita ke sahabat gw ini. "boy, ada cwe cantik boy. naksir gw" kurang lebih gw bilang gitu. sahabat gw ini juga ngecengin-ngecengin gw, macem-macem lah ceng-cengannya. tapi seiring berjalannnya waktu, gw merasa ada kejanggalan disini. ada sesuatu yang menurut gw gak beres.
terus, seketika itu tiba-tiba sahabat gw ini ngajak gw nongkrong, katanya ada yang mau di omongin sama gw, dan pergilah kita nongkrong di HIK depan kampus. awalnya gw udah punya firasat ada sesuatu. dan ternyata dugaan gw bener. sahabat gw ini cerita kalau dia suka juga sama cwe itu. anggap saja namanya "BUNGA". dy bilang ke gw kalau dy suka sama dy, cuma belum sempet cerita. soalnya keduluan gw cerita ke dy. jadi waktu di kampus dy gak sengaja ketemu sama yang namanya "bunga" dan disitu dy jatuh cinta (iya banget bahasa gw). setelah mendengar cerita dy, yang gw asumsikan memang sahabat gw ini suka bener-bener sama si bunga, jadi gw bilang sama dy. "yaudah, kwe kejarlah. gw mundur".
kasusnya sama dengan yang pertama, namun yang kedua ini lebih sportif. kanapa gitu? karena kita saling terbuka, jadi gak ada prasangka buruk. gak ada yang namaya main belakang atau apalah. jadi satu sama lain gak muncul rasa gak enak.
satu pesan yang bisa gw ambil disini. "saling terbukalah, baik dengan sahabat, pacar, atau dengan siapapun, keterbukaan itu sangat menyenangkan"...
kalian punya masalah sama sahabat tentang apapun itu, ceritakan langsung di depan, jangan cerita di belakang. karena akan menimbulkan efek yang kurang baik.
*maaf kawan-kawan kalau bahasanya agak berantakan, udah lama gak nge post jadi agak kaku lagi nih.