Bulan sedang tidak bercahaya seperti biasa, sedikit kelabu, entah apa yang terjadi mungkin terselimuti awan hitam atau
karna bintang didekatnya yang sedikit meredup. Bulan seperti kehilangan
keindahannya, pancaran cahaya indahnya seakan-kan hilang tertutup. Hilang
dengan tiba-tiba. Tidak, tidak hilang dengan tiba-tiba. Semua ada alasannya.
Alasannya hanya satu, bintang yang terlihat redup membuat bulan kurang
bercahaya.
Bintang ini redup pun karna memiliki alasan. otaknya
yang terlalu penuh dengan berbagai macam pikiran, dia memikirkan tentang
sesuatu yang belum selesai dan harus segera diselesaikan, tanggung jawab dan
waktu terus memburunya, terus membayangi. Bintang pun di selimuti rasa cemas
yang luar biasa. Obat yang mengalihkan pikirannya hanya melihat senyuman bulan yang terus
bersinar dan sebuah buku kecil penyegar pikiran. Namun bulan pun akhir-akhir
ini pancaran sinarnya meredup, entah apa yang terjadi mungkin lagi-lagi karna bintang
yang didekatnya sedikit tidak memperhatikan bulan, akibat kosentrasinya tertuju pada satu
hal yang harus segera dikerjakan dan di segera diselesaikan. Namun itu
seharusnya bukan menjadi alasan, tetapi begitulah yang terjadi.
Lagi-lagi bintang pun tak mengerti harus berbuat apa,
sepertinya apa yang di perbuatnya selalu dinilai kurang baik. Disaat bulan
menginginkan untuk diperhatikan, bintang malah asik dengan teman-temannya, dan
akhirnya bulan pun luput dari perhatian bintang. Bintang mengerti apa yang
diinginkan bulan, disaat bintang mengerti dia hanya berkata dalam hati sambil
tersenyum, “hmmm salah, lagi-lagi salah timingnya.sial”. yang dirasakan bulan sebenarnya sering juga terjadi dengan bintang. begitulah keadaan bulan dan bintang.
Bintang yang terlampau cuek menjadi boomerang untuk
dia sendiri. Dia tak pandai berekspresi, dia tak pandai untuk mengungkapkan
secara langsung, dia tak pandai mengungkapkan kalau dia kangen melihat senyum
indahnya bulan. Ke cuekannya membuat sikap, kata-kata dan perilakunya seperti
tidak menginkan apa-apa. Dia sedih, sedih dengan kecuekannyanya yang sudah
tidak normal lagi.
dion librazky
23 juli 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar